Thursday, January 24, 2013

SOEHARTO - JOKOWI, FALSAFAH JAWA

Seorang pemimpin Jawa, selalu memandu dirinya pada falsafah Jawa. Seperti halnya Presiden Soeharto ketika berkuasa. Bahkan di Era Soeharto muncul buku buku bernuansa Jawa. Ada maha karya Soeharto yang patut untuk dianut. yakni buku "Butir-butir Budaya Jawa". Dalam buku itu mengajak khalayak baca untuk lebih mengetahui kedalaman falsafah Jawa. Tentunya di Nusantara  juga banyak budaya, yang layak pula untuk diteladani. Sekarang seorang-orang Ki NArdjoko Soeseno mengangkat Falsafah Jawa, dan dibukukan dengan tajuk " Falsafah Jawa Soeharto & Jokowi. Buku ini berkisah tentang pemimpin Jawa. Selanjutnya buku ini membentangkan butir-butir falsasah Jawa yang dianut oleh kedua tokoh yang dijadikan bahasan buku ini. Misal yang falsah Jawa yang digunakan Jokowi, seperti:
Sugih tanpa bandha
Digdaya tanpa Aji
Ngluruk tanpa bala
Menang tanpa ngasorake
dan masih banyak lagi.
(Sugih tanpa bandha, digdaya tanpa aji, nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake - kaya sekalipun tidak mempunyai harta, perkasa sekalipun tidak mempunyai aji-aji, maju bertempur walaupun tidak dengan bala bantuan, ketika menang tidak merendahkan yang dikalahkan.)
 Falsafah yang satu ini, terdiri dari empat kalimat. Tiap-tiap kalimat itu mempunyai makna yang baik.  Seperti kalimat pertama "sugih tanpa bandha". "Sugih itu artinya kaya, dan "bandha" itu berarti harta. Kaya tanpa harta, itulah arti harfiah kalimat ini.

Lalu kalimat kedua yang berbunyi "digdaya tanpa aji". berarti sakti (= digdaya) tanpa memakai azimat (= aji). Ini adalah nasihat kepada seorang manusia untuk sebaiknya bisa seakan-akan punya kesaktian, tapi sesungguhnya  tak memelihara azimat barang sepotong pun.

Selanjutnya kalimat ketiga yang berbunyi "nglurug tanpa bala", berarti menyerang (= nglurug) tanpa membawa pasukan (= bala). manusia harus dapat berupayamenang tanpa harus melibatkan orang lain. Dan yang berikutnya kalimat "menang tanpa ngasorake", yang bermakna mencapai kemenangan tanpa harus merendahkan orang lain.

Wednesday, January 23, 2013

NGUDUD = ORANG JAWA MEROKOK

Menikmati hidup bagi orang Jawa menjadi tataran khusus, yang banyak orang diarahkan untuk semeleh. Kata sabar bagi orang Jawa adalah kata yang dahsyat. Kesabaran banyak diuji, ternyata selalu handal dalam setiap relung kehidupan. Rupanya hala ini sangat berimpit dengan Orang Jawa kala sedang menikmati rokok. Rokok bagi orang Jawa, kadang mampu digunakan mereduksi segenap kekesalan, mungkin semua yang menjadikan ruwet bisa terurai cepat ketika rokok disandingnya. Inilah yang sebagian ditulis dibuku karya mas Iman Budhi Santosa. Ada empat bab yang dibentangkan antara lain:
Bab I. Mengenai  Tembakau, Rokok, Dan Pata Perokok
Bab II. Rokok Dalam Kehidupan Wong Cilik Di Jawa
Bab III. Rokok Di Balik Kehidupan Sosial Politik, Dan Kebudayaan Jawa
Bab IV. Rokok Dan Tantangan Zaman
 

Warto Selaras

Google